hari itu, aku masih dalam perjalanan menuju rumah ketika hee meneriakiku dari belakang. gadis itu menuju kearahku setengah berlari. napasnya terengah - engah ketika ia sampai kepadaku dan menghentikan langkahku pulang.
"kenapa?" tanyaku kepadanya yang masih belum mengatakan apa - apa. wajahnya pucat seperti usai bertemu dengan hantu.
hee terdiam sejenak. ia menangis. jarang sekali kulihat hee menangis. tapi kali ini, air mata benar - benar turun di kedua pipinya. melihatnya begitu, aku masih belum bisa memproses apa yang telah terjadi.
"kenapa? hee, jawab aku," tanyaku lagi kepadanya.
"jung, kau tahu jung, kan? dia mencoba mengakhiri hidupnya hari ini. aku tidak tahu alasan pastinya tapi katanya dia benar - benar mempersiapkan semuanya dengan matang. beruntung sekali tiba - tiba manajernya kembali dan menyelamatkannya. sekarang dia masih kritis," hee mengatakan semuanya dengan patah - patah, air mata terus mengalir dari kedua matanya.
aku terdiam. pantas saja hee bereaksi seperti ini. jung, salah satu penyanyi itu, hee sangat mengidolakannya. dia menyelamatkan hidup hee dengan semua lagunya. pasti sedih saat kau tidak bisa melakukan apa - apa untuk orang yang selalu menyelamatkanmu.
aku terus memeluk hee yang terlihat masih syok. tapi, ada apa ini? tiba - tiba aku ikut merasa sedih. bukan, bukan karena empati yang kurasakan terhadap hee, ini sesuatu yang lain. aku merasakan sesuatu yang tidak bisa kujelaskan. apakah aku ikut sedih atas kondisi jung? tapi kenapa? aku bahkan tidak mengenalnya sama sekali. aku hanya mendengarkan lagu - lagunya beberapa kali, itu pun karena hee.
hee masih menangis di pelukanku saat kepalaku tiba - tiba pusing. seperti ada sesuatu yang menyerbu kepalaku saat ini. sesuatu yang mendesak untuk keluar. sesuatu, yang sudah tertimbun lama.
jung.
kilatan ingatan itu mendatangiku dengan cepat. secepat badai yang menghantam kesadaranku dalam sekejap.
aku ingat siapa pria itu.
"jung.. hee, aku mengenal jung. hee, apakah kau ada kontaknya? atau kontak labelnya??"aku meneriaki hee yang masih menangis. ia masih syok, dan aku membuatnya lebih terkejut.
"kenapa? ada apa denganmu? kau bahkan tidak tertarik dengan jung sebelumnya." hee menatapku bingung.
jung, dia, seseorang yang juga menyelamatkanku hee. kami saling menyelamatkan satu sama lain, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk pergi. tapi, kenapa aku masih hidup? kenapa aku melupakan segalanya?
*****
tepi sungai han. pukul 8 malam.
aku memandangi cahaya malam yang dipantulkan oleh sungai han. begitu cantik. angin berhembus pelan. satu malam di musim panas yang sempurna.
hari ini, aku menunggu jung. ia bilang jadwalnya akan berakhir pukul 8 kurang jadi kami memutuskan untuk bertemu. aku hanya mengenakan jaket diluar baju rumah sakit yang kukenakan.
dari kejauhan, kulihat pria itu datang dengan pakaian serba hitam. ia juga mengenakan topi hitam yang kuberikan padanya di hari awal kami bertemu.
"hyung, kau sudah sampai," ucapku kepadanya sambil tersenyum.
ia melepas topinya dan balik tersenyum kepadaku. senyum paling indah, senyum terakhir yang akan kulihat darinya.
kami membicarakan banyak hal. tentang hal - hal yang membuat kami bahagia, dan hal - hal yang membuat kami sedih. hingga waktu tidak terasa berjalan dengan cepat.
aku beranjak dari kursi, tersenyum kepadanya dan mengulurkan tanganku kepadanya. aku ingin kami bersalaman, untuk yang terakhir kalinya.
ia tertawa. katanya aneh aku mengajaknya bersalaman setelah sekian lama.
aku menatap matanya yang bersinar di bawah cahaya bulan. begitu indah. rasanya, aku ingin mengabadikan tatapan itu di ingatanku selamanya.
aku berbalik, mulai berjalan meninggalkannya. jung juga demikian, ia harus kembali ke asrama untuk jadwal besok. awalnya dia ingin mengantarku ke rumah sakit tapi aku menolaknya. aku bisa pergi sendiri. dan kupikir, bukan ide bagus berlama - lama menghabiskan waktu dengannya. aku harus segera pergi.
*****
"hana, kau yakin ingin pergi?" dokter kim menatapku dalam. matanya berkaca - kaca.
aku mengangguk. aku tidak ingin menahan ini terlalu lama. di dunia ini, tidak ada yang bertahan lama, kan? begitu pula kurasa denganku. di dunia ini, tidak ada lagi yang bisa menahanku. jadi, kurasa aku benar - benar harus pergi.
dokter kim menangis. air matanya mengalir deras.
aku, aku sudah mati rasa. aku tidak mampu menanggung kesedihan yang ia rasakan sekarang karena aku yang memutuskan untuk pergi.
"dokter, tolong sampaikan rasa hormatku kepada ayah dan semuanya. aku, aku bahkan tidak bisa menulis surat untuk mereka.", ucapku sambil menunduk.
aku beranjak dan kembali ke kamar. meninggalkan dokter kim yang masih terisak. tidak, aku tidak akan mengatakan apa - apa lagi. semuanya sudah disetujui. dokter kim juga sudah menelfon ayah jadi, kurasa semua akan baik - baik saja.
aku terus berjalan menuju kamarku, kamar nomor 11. aku hanya akan disana dan berusaha memejamkan mata, di malam terakhirku di dunia.
*****
hee masih saja menangis di sebelahku. sementara aku masih berusaha mencerna semuanya. kenapa aku tidak mati? kenapa aku berakhir disini? mereka tidak jadi memberikan obat itu kepadaku di malam itu? mereka hanya menghapus ingatanku dan mengirimku kesini?
aku jatuh. aku menangis lebih keras dari hee.

0 komentar:
Posting Komentar