he too was a tempter,
he too was a link to the second.
the evil world which i no longer wanted to have anything to do.
malam bulan purnama. kamar nomor 13.
pemuda itu masih berdiri memandangi lukisan yang diletakkan persis di tengah dinding di depan ranjangnya. ia mematung, menatap lukisan itu dalam - dalam. ia masih bertanya - tanya mengapa lukisan ini terus - terusan muncul di mimpi - mimpinya, bersama pria itu. pria berkemeja putih berkerah merah muda dengan bunga smeraldo di tangannya. bunga kesukaannya. ia ingat, setiap datang, pria itu hanya akan berdiri di samping ranjangnya sambil mengganti bunga smeraldo yang sudah layu di kamarnya. sadar, pemuda itu segera berbalik.
"bunganya..".
*****
pukul 11 malam. kamar nomor 13.
aku perlahan membuka mataku. samar, kulihat bayangan pria itu kembali datang. ya, pria dengan kemeja kerah merah muda dan bunga smeraldo. perlahan, setelah mengganti bunganya, kulihat pria itu beranjak melangkah mendekati satu - satunya lukisan yang ada di ruangan ini. ia diam begitu lama disana. dan aku tetap tidak bisa menggerakkan bibirku untuk sekedar bertanya siapa dia sebenarnya. lalu mimpi itu mengabur begitu saja dan aku terbangun.
pria itu sudah tidak ada. tapi bunga smeraldo yang ada di atas nakas terlihat segar-layaknya baru diganti. padahal ini masih jam 12 malam lewat 30 menit.
*****
pukul 9 malam. kamar nomor 13.
aku membuka mataku. kulihat jam dinding, masih pukul 9. tapi, kulihat pria itu sudah datang. seperti melihat adegan yang sama dalam mimpiku sebelumnya, kulihat ia mengganti bunga smeraldo di atas nakasku lalu beranjak menuju lukisan yang ada di dinding depan ranjangku. benar - benar sama seperti sebelumnya, pria itu hanya diam, ia tidak melakukan apa - apa. sampai kukira aku akan segera terbangun saat perlahan kulihat pria itu mulai melangkah kembali mendekat ke samping ranjangku. samar kulihat wajahnya. ia menangis.
aku seperti tidak asing dengan wajahnya, tapi siapa?
aku mencoba sekuat tenaga membuka mataku. tapi aku tidak menemukan apa - apa. pria itu menghilang.
apakah ini benar - benar hanya mimpi?
*****
pukul 7 malam. kamar nomor 13.
aku membuka mataku. masih jam 7 malam. karena jendelanya belum ditutup, bisa kurasakan semilir angin musim panas berhembus hangat ke dalam ruangan. perlahan, aku beranjak untuk menutup jendela sebelum kesadaranku kembali hilang. dan saat itu juga kudengar suara pintu yang berusaha untuk dibuka.
pria itu, dia datang lagi. jadi, ini benar - benar bukan mimpi?
mataku membelalak melihat pria itu tersenyum memasuki ruangan, tentu saja dengan bunga smeraldo yang ia genggam di tangan kanannya. sama seperti sebelumnya, ia mengganti bunga yang ada di nakas, lalu perlahan melangkah ke arah satu - satunya lukisan yang ada di ruangan. ia memandang lukisan itu dalam, sama seperti sebelumnya.
"halo? kurasa kau berhutang penjelasan kepadaku. siapa kau sebenarnya? apa aku masih berada di dalam mimpi?" ucapku kepadanya yang masih mematung di depan lukisan itu.
mendengar pertanyaanku, pria itu berbalik. dengan mata yang berkaca - kaca, ia mencoba tersenyum kepadaku.
"maafkan aku jeon," ujarnya lirih.
"maaf, untuk apa? apa aku mengenalmu? apa kita saling mengenal?"
aku terus memandangi pria itu. pria dengan bunga smeraldo yang kini tepat berada di depanku. menunggu jawaban yang keluar dari mulutnya.
"kau harus terjebak disini karena kesalahanku. karena aku yang tidak mampu menyelamatkanmu. aku tidak mampu menyelamatkanmu entah sebanyak apapun aku mencoba mengulang waktu. aku tidak mampu, jeon. karena itu, aku hanya bisa mengunjungimu lagi setiap kali aku melakukan kesalahan yang sama. setiap kali aku membuatmu mengulangi akhir yang sama. maafkan aku." jelasnya dengan air mata yang perlahan menetes dari kedua netranya. pria itu perlahan menunduk.
mendengar penjelasannya aku hanya termenung. dengan langkah pelan aku mendekati lukisan itu. menatapnya dalam-sama seperti yang dilakukan oleh pria itu. dan akhirnya aku mengerti. tapi, tidak ada yang bisa kulakukan. sama seperti hyung, aku hanya bisa menangis.
aku berbalik, mendekati hyung yang masih menangis tersedu - sedu. aku mencoba memeluk badannya yang terasa dingin.
"hyung, ini bukanlah salahmu. aku yakin pasti ada jalan keluar dari semua ini. atau jika memang jalan keluar itu tidak ada dalam kehidupan yang ini, mari berjanji kalau kita akan bertemu lagi di kehidupan yang akan datang nanti." pintaku kepadanya yang perlahan jasadnya memudar. menghilang.
waktunya telah habis, lagi.
-written by april.

0 komentar:
Posting Komentar